Minggu, 23 Agustus 2015

Fake Friends and Real Friends

Selamat malam, gabut nih gak ada kerjaan jadinya iseng deh nge-blog hehe ..
Yups blog gue kali ini nge bahas tentang fake or real. Udah pada tau lah yaa artinya (anak zaman sekarang English-nya udah pada jago)

Fake atau palsu, yaitu sebuah kata yang ditunjukan untuk suatu hal yang tidak sah, suatu hal yang curang / tidak jujur atau bahkan suatu kepura-puran. Sedangkan untuk real atau nyata merupakan kebalikan dari fake. Ternyata.. eh ternyata.. fake or real itu bukan buat benda aja loh, buat orang-orang disekitar kita juga bisa (teman contohnya).

Emang ada fake friends or real friends? Yaa adalah.. cekidoott

Teman bermuka dua atau biasa dibilang manis di depan pahit dibelakang itu yang di sebut dengan fake friend. Katanya temen katanya perduli, katanya solidaritasnya tinggi preet ah kalau dibelakang nya juga unjung-ujungnya ngomongin kita haha. Biasanya nih yaa fake friend itu sok-sok an ngabarin kalau lagi butuhnya doang, terus selepas dari itu boro-boro dah dan juga kalau fake friend itu diem-diem nusuk dari belakang. Terkesan palsu banget pertemanannya.

And soo… real friend mereka bisa dibilang merupakan seorang sahabat, karena mereka ada disaat kita senang mau pun sedih, gak bermuka dua..tiga atau empat, terima kekurangan kita, tegur kita secara langsung tanpa harus ngomongin kita, rasa sayangnya, perhatiannya no tipu-tipu tulus dari hati, dan juga pertemanannya kaga numpang lewat aja.

Tapi terkadang juga ada fake friend berkedok real friend haha (ini yang ngeri kalo kalian menemukan orang yang kaya gini hati-hati, terus kalo bisa langsung kalian ajak aja ke jurang terus kalian yang terjun *loh haha)

Gak jarang banget kita menemukan teman-teman yang real or fake pasti banyak lah, itu juga tergantung kalian menanggapinya seperti apa positive thingking atau negative thingking.

Dan juga gak mungkin untuk dipungkiri kalau kita pribadi, menilai diri kita ini “gak fake” tapi “real”. Nah belum tentu menurut orang lain atau teman kita, menilai diri kita ini seperti apa, yaa gak ? jadi itu semua tergantung diri kita sendiri kalau mau diri kita dinilai fake, yaa hidupnya penuh drama aja kaya sinetron-sinetron sekarang haha, nah sebaliknya kalau kita mau dinilai real, jadi apa adanya diri kita yang sesungguhnya suka gak suka wajar. Karena pasti gak semua orang suka dengan pribadi kita pasti adalah lah bebrapa orang yang sirik atau iri .

Tadaa.. selesai sudah nulis-nulisnya kalau kaga nyambung, bikin kalian bingung, gak jelas, terus kata-kata sama tanda bacanya salah harap dimaklumi. saya bukan penulis apa lagi guru bahasa Indonesia. Saya Cuma mahasiswi yang iseng aja pengen nulis-nulis di blog soalnya buku diary saya kertasnya abiss hahah .. Salam damai!!


“My real friends never hear it from me, Fake friends write the wrong answers on the mirror for me”   -Right Above it, Drake- 

Senin, 27 Juli 2015

Pencarian...

Bagaimana diri ini ingin mengenali jati diri yang sesungguhnya ? Kalau saja, definisi dari jati diri pun tak dapat untuk ku jabarkan. Selintas yang ada dibenak ku jati diri itu hanyalah perubahan menuju kedewasaan, perubahan untuk lebih mengenal makna dari kehidupan yang sesungguhnya, perubahan untuk lebih dapat menilai apa itu baik dan buruk, dan segala perubahan menuju proses yang lebih baik..baik dan baik lagi.

Tapi semenjak usia ku 17 tahun dan sampai detik ini pun, belum ku temukan arti dari sebuah jati diri. Sesungguhnya aku pun masih mencari, masih meraba, masih menemukan, masih menelaah, masih berfikir apa itu jati diri dan harus memulainya darimana.

Sharing, bercerita, berpendapat aku sering rundingkan dengan seorang perempuan yang sudah melewati fase yang sedang ku alami ini, sebut saja dia (ibu). Perkataan beliau memang bukan sebuah kata yang istimewa atau bukan suatu kata yang baru ku dengar yang di ucapnya, tapi entah mengapa setiap kata yang beliau keluarkan terasa indah.

Sebuah kata yang simpel yang diucapnya "Memang tidak mudah menemukan jati diri tetapi juga tidak sulit untuk menemukannya. karena jati diri itu dimulai dengan mencinta, mengenali, menghargai diri kita sendiri dengan segala kekurangan yang ada, mengenali siapa kita, tujuan hidup kita, apa yang kita cari dari hidup kita ini, untuk apa kita hidup, untuk siapa kita hidup?" sebuah pertanyaan sederhana tapi membutuhkan proses berfikir dan kemantaapan hati yang panjang, terasa sulit untuk menjawabnya.

Satu hal lagi yang beliau ucapkan kepada ku “kehidupan dapat kita mengerti kalo kita mengenali dan mencintai satu hal yang paling penting dihidup ini, apa itu? Tuhan kita (Allah SWT). Kalo kita sudah tau bagaimana cara kita untuk mencintai tuhan kita dengan ikhlas, sabar, penuh kasih dan sayang. akan terasa mudah untuk kita mencintai diri sendiri, keluarga, orang-orang di sekeliling kita dan makhuk hidup yang ada di semesta ini”

Mungkin seiring berjalan nya waktu menuju proses pendewasaan, kita akan mulai mengenal tentang jati diri kita masing-masing dan untuk mu Ibu terima kasih aku mencintai-mu J

Kamis, 23 April 2015

Bahasa Indonesia 2 (Tugas Ke-2)

PENGERTIAN, MACAM-MACAM & CONTOH KUTIPAN 


Kutipan, sebuah kata yang mungkin semua orang belum mengetahui maksudnya apa. Disini saya akan mengulas sedikit mengenai kutipan. Kutipan adalah gagasan, ide, pendapat yang diambil dari berbagai sumber. Proses pengambilan gagasan itu disebut mengutip. Gagasan itu bisa diambil dari kamus, ensiklopedi, artikel, laporan, buku, majalah, internet, dan lain sebagainya.

Bahasa Indonesia 2 (Tugas Ke-2)


CONTOH PENGUMPULAN DATA DENGAN WAWANCARA


Metode Pengumpulan Data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu cara sehingga dapat diperlihatkan penggunaannya melalui angket, wawancara, pengamatan, tes, dokumentasi dan sebagainya.
Sedangkan Instrumen Pengumpul Data merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data.  Karena berupa alat, maka instrumen dapat berupa lembar cek list, kuesioner (angket terbuka / tertutup), pedoman wawancara, camera photo dan lainnya.

Sabtu, 07 Maret 2015

Bahasa Indonesia 2 (Tugas ke-1)


Paragraf Deduktif dan Induktif 


Paragraf Deduktif adalah paragraf yang dikembangkan dengan menuliskan gagasan utama atau pikiran utama pada awal paragraf sebagai data yang umum, kemudian dijabarkan dalam beberapa pikiran penjelas sebagai sesuatu yang khusus. Jadi, kalimat utamanya terletak di awal paragraf. Paragraf deduktif disebut juga dengan paragraf pengembangan umum-khusus.

Minggu, 11 Januari 2015

Tugas Bahasa Indonesia Ke-2


Dosen mata kuliah Bahasa Indonesia 1 kali ini memberikan tugas untuk mencari contoh Penulisan Ilmiah atau Karya Ilmiah sesuai dengan jurusan kita yaitu Jurusan Sistem Informasi. Referensi PI yang saya dapat berjudul " ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT RAWAT INAP DI PUSKESMAS GRABAG I KABUPATEN MAGELANG " yang disusun oleh Saudara David Setiawan 

Untuk melihat contoh penulisan ilmiah tersebut, dapat dilihat disini..

Minggu, 02 November 2014

Tugas Bahasa Indonesia Ke-1


Menurut Goys Keraf (1997:1) bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh ucap manusia.
Pada dasarnya, bahasa memiliki fungsi-fungsi tertentu sesuai dengan kebutuhan seseorang, yaitu sebagai alat untuk mengekspresikan diri, sebagai alat untuk berkomunikasi, sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan beradaptasi sosial dalam lingkungan atau situasi tertentu, dan salah satunya adalah sebagai alat untuk melakukan kontrol sosial (Keraf,1997 : 3).

Bahasa sebagai Alat Kontrol Sosial

Sebagai alat kontrol sosial, bahasa sangat efektif. Kontrol sosial ini dapat diterapkan pada diri kita sendiri atau kepada masyarakat. Berbagai penerangan, informasi, maupun pendidikan disampaikan melalui bahasa. Buku-buku pelajaran dan buku-buku instruksi adalah salah satu contoh penggunaan bahasa sebagai alat kontrol sosial.

Ceramah agama atau dakwah merupakan contoh penggunaan bahasa sebagai alat kontrol sosial. Lebih jauh lagi, orasi ilmiah atau politik merupakan alat kontrol sosial. Kita juga sering mengikuti diskusi atau acara bincang-bincang (talk show) di televisi dan radio. Iklan layanan masyarakat atau layanan sosial merupakan salah satu wujud penerapan bahasa sebagai alat kontrol sosial. Semua itu merupakan kegiatan berbahasa yang memberikan kepada kita cara untuk memperoleh pandangan baru, sikap baru, perilaku dan tindakan yang baik. Di samping itu, kita belajar untuk menyimak dan mendengarkan pandangan orang lain mengenai suatu hal.

Contoh fungsi bahasa sebagai alat kontrol sosial yang sangat mudah kita terapkan adalah sebagai alat peredam rasa marah. Menulis merupakan salah satu cara yang sangat efektif untuk meredakan rasa marah kita. Tuangkanlah rasa dongkol dan marah kita ke dalam bentuk tulisan. Biasanya, pada akhirnya, rasa marah kita berangsur-angsur menghilang dan kita dapat melihat persoalan secara lebih jelas dan tenang.